Minggu, 28 Agustus 2011

cerpen "BAHASA DAN MATAHARI"


Siang dengan panasnya terik matahari, seorang gadis cantik dengan agak tergesa-gesa menuju sebuah tempat. Karena buru-buru dan agak meleng, sampai-sampai gadis itu menabrak seorang pemuda yang bernama Agung, yang tengah berjalan di depannya.
Setelah terjadi tabrakan antara gadis dan agung yang  mengakibatkan luka kecil pada gadis, Agung marasa begitu bersalah.
Sosok agung yang biasanya tidak mau repot, kini harus sedikit repot karena kesalahannya pada gadis.
Agung meminta gadis menunggunya sebentar karena dia harus mencarikan obat di apotek terdekat.
Beberapa menit kemudian agung datang dengan membawa betadine dan plester.
Tugas agung telah selesai untuk membantu gadis. Lukanya sudah selesai di perban, kini agung mengambil ancang-ancang untuk pergi dan melanjutkan tujuan utamanya yaitu mencari buku pelajaran bahasa Indonesia.
Namun tiba-tiba saja gadis menarik lengan agung begitu saja.
“kenapa??” agung kaget dengan reaksi gadis yang tiba-tiba menarik lengan-nya.
“Maaf.. aku udah nabrak kamu, terus ngerepotin kamu”
kata gadis begitu tulus, agung hanya tersenyum melihat kepolosan gadis.
“Nama aku Gadis, sekali lagi maaf” lanjut gadis sambil menundukan kepalanya.
Agung mengulurkan tangannya terlebih dahulu dan menunggu jabat-tan tangan dari gadis.
“Aku Agung” jawab  agung setelah gadis menjabat tangan-nya.
“nggak apa-apa dis,, aku juga salah kok.. maaf ya” jelas agung sambil tersenyum. “memangnya kamu mau kemana?? Ko kaya orang yang lagi di kejar-kejar hantu aja?”
“iya,, aku lagi cepet-cepet mau ke toko buku yang ada di ujung jalan sana”
 (gadis menunjuk ke arah sebuah jalan).
“Aku takut tokonya keburu tutup”
“Aku juga mau cari buku, kalau gitu kita nyari-nya bareng aja, lagi pula aku barusan dari sana dan tokonya udah mau tutup, mungkin kalau sekarang kamu maksain ke sana tokonya pasti udah bener-bener tutup”
“gitu ya??” raut wajah gadis begitu kecewa.
“gimana kalau lusa aja?? Kita nyarinya hari minggu?” tawar agung.
Gadis terlihat berfikir sejenak lalu tersenyum dan menganggukan kepalanya tanda dia setuju dengan usul agung barusan.
Setelah mereka saling bertukaran nomer ponsel, agung menemani gadis untuk menunggu bus di halte itu.
***
Udara Jakarta yang begitu panas, membuat agung semakin gelisah menunggu kedatangan gadis yang nggak juga datang.
Namun seulas senyuman terpoles di wajah agung saat melihat gadis turun dari sebuah bus yang berhenti di halte tersebut. Gadis ikut tersenyum saat melihat agung.
“maaf gung,, kamu nunggu lama ya?”
“nggak,, aku juga baru aja sampe” jawab agung sedikit berbohong.
“ya udah,, kita berangkat sekarang aja ya”
“Ok,, kita lewat sana aja” agung berjalan terlebih dahulu dan di susul oleh gadis.
Sesampainya di toko buku, mereka mulai sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Agung mencari buku bahasa Indonesia dan gadis mencari buku yang sejak kemarin dia inginkan.
“gimana?? ketemu??”
“udah sih,, tapi bukan buku bahasa indonesia yang ini”
“memangnya kamu nyari buku bahasa Indonesia juga??”
“loh.. kamu nyari buku bahasa juga” tampang gadis semakin bingung.
Agung hanya tersenyum sambil memandang tampang gadis.
“kenapa tujuan kita bisa sama ya??” lagi-lagi agung menjawab pertanyaan gadis dengan senyum.
Gadis semakin nggak ngerti kemana arah dan maksud senyuman agung barusan.
Mereka memutuskan untuk makan siang bersama setelah pulang dari toko buku barusan. Di waktu mereka menikmati makanan yang mereka pesan, seseorang berparas cantik dan lembut menghampiri mereka dan tersenyum ke arah gadis.
“kamu lagi sama siapa sayang?” Tanya wanita cantik itu, lalu duduk di samping gadis.
“mama..!!” ekspresi terkejut gadis begitu ketara di wajah-nya.
“kenapa bisa ada di sini?”
“hanya kebetulan lewat, terus mama ngeliat kamu di sini”  jawab sang mama yang bernama ayu.
Tampang gadis sedikit berubah setelah mendengar penjelasan ayu.
“kok tampang kamu jadi cemberut gitu sih?? Ada yang salah?” gadis menggelengkan kepalanya dan kembali menikmati makan siang-nya.
“kalau gitu mama tinggal ya..” lanjut ayu sambil tersenyum.
Lalu dia melemparkan senyuman halus itu pada agung, agung pun membalasnya dengan senyum yang sopan.
“mama kamu cantik ya..” gumam agung setelah ayu berlalu dari hadapan-nya.
“ya,, gitu lah mama, kadang suka aneh”
“aneh kenapa?” kening agung sedikit berkerut
“yaa.. aneh aja.. dari mana mama tau kalau kita makan di sini??,,
aku sering tuh kaya gitu.. mama suka tiba-tiba nongol kalau aku lagi jalan sama temen-temen aku!!” wajah gadis terlihat sedikit tidak senang.
“mungkin memang bener-bener kebetulan kali” jelas agung yang kembali tersenyum.
Gadis hanya menanggapinya acuh tak acuh sambil terus menghabiskan makanan-nya.
Kejadian tadi siang membuat gadis semakin merasa tidak nyaman dengan sikap mama-nya, dia berfikir kalau mama-nya selalu ingin tahu semua urusan yang bersangkutan dengan dirinya.
 Gadis memang anak semata wayang, namun dia lebih suka hidup bebas dan mandiri di banding harus selalu di pantau seperti sekarang yang selalu di lakukan oleh mama-nya.
***
Hampir satu minggu gadis mengenal agung, dan sejauh itu pula gadis merasa nyaman dan senang bila di dekat agung. Di matanya agung adalah sosok yang dewasa, walaupun umur mereka hanya terpaut dua tahun.
 Gadis begitu mengagumi sosok agung yang pintar dalam pelajaran dan juga pintar bersosialisasi, nggak hanya gadis yang nyaman sahabat-sahabatnya pun merasakan hal yang sama dengan gadis.
Namun semua berubah ketika gadis melihat agung sedang ngobrol dengan mama-nya di depan toko buku langganan-nya yang terletak di ujung jalan itu.
“ngapain mama di sini?? Kenapa juga dia ngobrol sama agung?? Kenapa mereka serius banget??”  Pertanyaan itu terus menggelayuti hati gadis.
Dia tiba-tiba mengurungkan niat untuk mampir ke toko buku itu, dia langsung berbalik arah dan memutuskan pulang kerumah saat itu juga.
Gadis dan mama-nya sedang menukmakti acara TV berdua, itu kebiasaan yang selalu mereka lakukan setelah makan malam.
Gadis menoleh kearah mamanya dan terus memandangnya sambil terus bertanya-tenya apa yang dilakukan mamanya tadi siang, namun tiba-tiba ayu menoleh ke arah gadis dan tersenyum.
“kenapa kamu ngeliatin mama kaya gitu??”
“aku heran sama mama”
“heran kenapa?”
“ya,, heran aja, ngapain juga tadi siang mama ke toko buku langganan aku, terus ngobrol sama agung”
Ayu sangat kaget mendengar pertanyaan itu, namun dia berusaha menguasai diri agar tidak terlihat oleh gadis bahwa dia kaget dengan pertanyaan putrinya.
“memangnya kamu liat mama tadi siang?”
“jelas dong ma… makanya aku nanya sekarang sama mama”
“mama hanya nyari kamu.. itu aja” ayu berusaha menjawab dengan tenang walaupun dia sudah tahu gadis mulain menaikan suaranya.
“Ngapain mama pake nyari-nyari aku?? Bukannya mama udah tau rutinitas aku, mama udah tau kemana aku pergi seandainya aku pulng telat, mama udah nyimpen nomer telfon semua teman dan sahabat aku, terus sekarang mama lagi berusaha untuk cari tau tentang agung!! gitu??”  kini suara gadis sudah benar-benar meninggi.
Ayu berusaha untuk memotong kalimat gadis, namun gadis nggak memberikannya kesempatan sedikitpun
“apa perlu mama tau nomer hp agung juga!!! Mama kelewatan!!!”
wajah gadis benar-benar cemberut.
“bukan gitu sayang” ayu membelai kepala gadis halus, tapi gadis menepis usapan halus yang ada di kepalanya itu.
“aku nggak suka sama cara mama, buat aku mama udah kelewatan!!
Aku nggak suka ma!!”
“mama ngerti,, mama hanya khawatir sama kamu..”
“khawatir!! Khawatir mama itu udah kelewatan!!”
Gadis kesal dengan jawaban mamanya yang selalu saja begitu, dia merasa hidupnya terkekang. Mamanya memang nggak pernah secara langsung menegur gadis tapi gadis lebih nggak suka dengan sikap mamanya yang mencari tahu semuanya dengan diam-diam.
Hari ini sepulang sekolah gadis membuat janji dengan agung untuk mencari novel yang berjudul MATAHARI di toko buku ujung jalan langganan-nya.
Agung sudah berdiri di depan pintu gerbang sekolah gadis, wanita itu muncul dari dalam sekolah menggunakan seragam dan sweter berwara coklat, rambutnya yang di ikat buntut kuda membuat gadis terlihat begitu lugu.
“sorry ya gung,, lama ya nunggu-nya??” wajah gadis terlihat bersalah.
Agung hanya tersenyum lalu menarik lengan gadis untuk mengikuti langkahnya
 “kita mau ke mana gung?? Nunggu bus-nya nggak di sana, di sana kan parkiran”
“aku bawa mobil kok,, jadi kita nggak usah pake bus” jawab agung ringan sambil terus memegang erat pergelangan tangan gadis.
 Di dalam mobil gadis hanya diam, tatapannya terus kedepan, dia sibuk dengan perasaannya, gadis merasa dia begitu nyaman dengan agung dan lama kelamaan dia merasa agung bukanlah sosok yang baru di dalam hidupnya, tapi kalau bukan sosok yang baru memangnya agung siapa? Gadis yakin dia belum pernah mengenal agung sebelumnya.
 “dis…” agung mengiba-ngibaskan tangannya di hadapan wajah gadis
“oah…” seketika gadis sadar dirinya sedang melamun.
“kamu kenapa??”
“enggak!!... eemmm kita jadi kan nyari novel itu??”
“jadi,, ini sebentar lagi sampe kok!!” agung menjawabnya dengan halus, lalu beberapa saat kemudian agung memarkirkan mobilnya di dekat toko buku.
Mereka mencari novel itu beberapa saat, dan ketika gadis masih sibuk mencari novel itu tiba-tiba saja agung memperlihatkan novel itu di depan wajah gadis, setelah gadis sadar dengan judulnya senyum itu mengembang dengan manis.
“makasih agung…” nggak sengaja gadis meraih tangan agung begitu saja, tersadar akan sikapnya lantas dilepaskannya lagi genggaman itu
 “maaf..” kalimat itu yang akhirnya keluar dari mulut gadis.
“kok di lepas lagi…”
Goda agung yang membuat gadis semakin salah tingkah, lalu agung tertawa melihat reaksi gadis seperti barusan, karena nggak tahu harus berbuat apa akhirnya gadis-pun ikut tertawa. 
“kalau kamu suka sama novel, gimana kalau kita cari novel-novel lama di kwitang, mau nggak??” ajak agung di sela-sela tawanya.
Gadis mengangguk setuju dengan semangat.
Udara panas begitu menyengat, kwitang yang terlihat semeraut membuat gadis merasa semakin pusing, di tengah-tengah itulah gadis pingsan dan menggegerkan orang-orang di sekitarnya, agung-pun akhirnya ikut panik karena terbawa suasana.
***
Gadis merasakan hangat di pipinya, suasana nyaman begitu menyelimuti dirinya saat ini, dia berusaha membuka matanya perlahan dan melihat langit-langit kamar yang penuh dengan hiasan bintang-bintang, sepertinya dia tidak asing dengan suasana ini.
“agung…” gadis meneriakan satu nama yang terakhir dia ingat
 “kenapa aku bisa di kamarku?? Agung kemana?? Bukannya aku lagi di kwitang??”
Gadis bicara sendiri dalam kamarnya, secepat mungkin dia keluar dan mencari mama-nya. dari kejauhan dia melihat mamanya sedang berdiri dengan agung di halaman belakang. Agung masih mengenakan baju yang sama seperti barusan namun dirinya sudah berganti dengan baju tidur.
Gadis mendekat ke arah mereka, mulanya dia ingin menanyakan apa yang terjadi dengan dirinya, namun semua dia batalkan karena pembicaraan mamanya dengan agung membawa-bawa namanya sehingga membuat gadis penasaran.
“sekali lagi maaf tante,, aku hanya senang ngeliat gadis tersenyum, aku harusnya nggak membawa dia ke sana” agung masih menundukan kepalanya.
“tante ngerti gung, maaf juga karena tante merepotkan kamu, meminta kamu untuk berpura-pura menjadi orang yang baru untuk gadis”
jawaban mamanya barusan sempat membuat gadis menelan ludah dengan paksa, dia tahu ada yang nggak beres dengan ini semua maka dari itu dia tetap mendengarkan dengan seksama perbincangan mereka berdua.
“tante nggak ngerepotin aku kok,, aku malah seneng bisa deket sama gadis, udah lama aku kangen dia,,”
“oh ya…”
“ya,, aku fikir, aku nggak akan bisa main lagi dengan gadis, tapi buktinya aku bisa sedekat ini sama gadis”
“sebenarnya hanya ada satu alasan kenapa tante meminta kamu untuk berpura-pura menjadi orang yang nggak pernah di kenal gadis dan menjadi teman-nya kemanapun dia pergi”
“aku ngerti” agung begitu pilu mendengar penjelasan tante ayu
“tante khawatir sama dia gung, gadis itu punya penyakit”
“aku tau,, jadi tante jangan khawatir”
“ya,, penyakit-nya bisa kambuh di manapun dan kapanpun, penyakit yang bisa merenggut nyawa gadis kapanpun, dia bener-bener nggak bisa terlalu cape, kondisinya harus benar-benar terkontrol, makanya tante sering nguntit dia kalau lagi jalan sama teman-temannya, semua itu tante lakuin supaya gadis nggak celaka, makanya tante selalu butuh pertolongan kamu”.
“Jadi itu alasan tante minta aku untuk berpura-pura menjadi orang baru buat gadis, supaya tante bisa ngawasin dia secara nggak langsung, gitu??”
Air mata gadis sudah tidak bisa di bending lagi, genangan-genangan bening itu kini jatuh di pipi halus gadis, isak tangis yang dia tahan perlahan terdengar dengan halus, membuat ayu dan agung menoleh ke arahnya.
“gadis!!!”
Ayu begitu kaget saat mengetahui putri tercintanya sudah berdiri di belakangnya sedari tadi.
“dis..”
agung hanya mampu menyebut setengah dari namanya karena sudah nggak bisa berkata apa-apa lagi, semua rencana dan kebohongan antara dia dan mama-nya gadis kini terbongkar semua.
“jadi itu!!! Jadi semua rencana mam??!!
Jadi selama ini mama nggak pernah ngasih tau aku tentang penyakit aku sendiri!! Mama kelewatan,,
AKU BENCI MAMA!!!”
gadis teriak begitu keras dan berlari ke kamarnya lalu mengunci pintu. Dari luar agung mengetuk pintu berkali-kali dan teriak memanggil namanya, begitupun dengan ayu.             Gadis menangis sejadi-jadinya di atas tempat tidur, dia masih nggak habis fikir kenapa bisa mamanya sendiri membohonginya dan agung!!!
 “Siapa sebenarnya agung??”
 Otak gadis sudah tidak bisa berfikir lebih keras, hatinya sudah begitu sakit setelah mengetahui sesuatu di luar dugannya,, batinnya berteriak keras kenapa orang yang paling dia sayang tega melakukan ini terhadapnya.
“gadis dengar penjelasan mama,, mama nggak pernah bermaksud membohongi kamu.. mama bersikap seperti ini karena mama sayang sama kamu, mama nggak mau kamu kenapa-kenapa di luar sana”.
“mama jahat,, aku benci mama!!!” teriak gadis sangat keras.
 dia merasa tubuhnya semakin melemah dan tidak mampu menerima semua hantaman batin seperti ini.
“dis,, maaf.. aku nggak maksud membohongi kamu” teriak agung dari luar.
Perlahan gadis merogoh tas-nya dan menemukan novel berjudul MATAHARI di dalam-nya, gadis memeluk erat novel itu, memeluk dalam semua tangisnya.
Perlahan suara teriakan-teriakan itu terdengar semakin mengecil, dan menghilang. Gadis tumbang di dalam kamarnya, dan tangannya masih memeluk novel itu dengan erat.
***
Semuanya putih dan bersih, tak ada satupun suara yang gadis dengar, tubuhnya terasa begitu rapuh dan susah di gerakan. perlahan-lahan gadis mengingat-ingat semuanya, tapi dia nggak pernah merasa mengingat sesuatu, ketika dia menoleh ke meja samping dia hanya melihat segelas air putih dan dua buah buku.
Perlahan gadis meraih buku itu dan membaca perlahan, bahasa Indonesia dan matahari. Gadis berusaha mencerna maksud kedua buku ini tapi dia masih tidak bisa mengerti kenapa dua buku ini ada di meja sampinya.
Nggak lama dua orang masuk secara bersamaan, gadis tersenyum senang saat melihat wanita itu datang sambil tersenyum.
“mama..” panggil gadis perlahan.
Lalu dia melihat seorang lelaki menyusul masuk di belakang mama-nya, gadis terus menerka-nerka siapa lelaki itu tapi dia tidak mampu, gadis benar-benar tidak mengenal siapa lelaki itu.
“kamu sudah bangun sayang” ayu mencium halus kening gadis.
Gadis hanya tersenyum, lalu kembali memandang lelaki itu.
“Dia siapa ma??” Tanya gadis bingung,
Ayu tersenyum halus sambil menitikan air matanya.
“Aku agung” agung mengulurkan tangannya terlebih dahulu
“kamu juga pernah ngenal aku dengan nama Bima”
 “aku nggak ngerti, apa maksudnya ma??” gadis mengerutkan keningnya.
oh.. bukan apa-apa,,
nama dia Agung, teman kecil kamu.. kamu pasti lupa,,
Ayu berusaha membuat suasana ceria, lalu dia menari tangan agung keluar ruangan gadis.
“Tante tau kamu berat dengan ini semua, tapi tolong..
kamu harus sabar menghadapi ini,, gadis sudah nggak bisa di tolong lagi,,
penyakit yang bersarang di otaknya dan menyerang daya ingatnya sudah tidak bisa di sembuhkan, jadi tolong..
biarkan dia mengenal kamu sebagai agung, karena tante yakin sosok agunglah yang paling membekas di hatinya, bukan bima teman masa kecilnya dulu”  jelas ayu sambil terus menahan tangisnya.
Agung atau yang bernama aslinya bima terus menundukan kepala.
Ayu meninggalkan agung sendirian dan masuk ke dalam ruangan gadis.
Agung duduk di lantai dan membenamkan kepanya, dia tau hatinya menyayangi gadis tapi sayang gadis tidak pernah mengenal dan mengingatnya dengan utuh.

**  TAMAT  **

By. Toonie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar